Minggu, Oktober 28, 2012
Kepemimpinan dan perkembangan Teori Kemampuan
A ) Pengertian kepemimpinan dan perkembangan Teori Kemampuan
Kepemimpinan adalah proses memengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Caraalamiah mempelajari kepemimpinan adalah "melakukannya dalam kerja" dengan praktik seperti pemagangan pada seorang seniman ahli, pengrajin, atau praktisi. Dalam hubungan ini sang ahli diharapkan sebagai bagian dari peranya memberikan pengajaran/instruksi.
Teori Perkembangan Kognitif, dikembangkan oleh Jean Piaget, seorang psikolog Swiss yang hidup tahun 1896-1980. Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam lapangan psikologi perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan, yang bagi Piaget, berarti kemampuan untuk secara lebih tepat merepresentasikan dunia dan melakukan operasi logis dalam representasi konsep yang berdasar pada kenyataan. Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya schemata—skema tentang bagaimana seseorang mempersepsi lingkungannya— dalam tahapan-tahapan perkembangan, saat seseorang memperoleh cara baru dalam merepresentasikan informasi secara mental. Teori ini digolongkan ke dalam konstruktivisme, yang berarti, tidak seperti teori nativisme (yang menggambarkan perkembangan kognitif sebagai pemunculan pengetahuan dan kemampuan bawaan), teori ini berpendapat bahwa kita membangun kemampuan kognitif kita melalui tindakan yang termotivasi dengan sendirinya terhadap lingkungan. Untuk pengembangan teori ini, Piaget memperoleh Erasmus Prize. Piaget membagi skema yang digunakananak untuk memahami dunianya melalui empat periode utama yang berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring pertambahan usia:
- Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun)
- Periode praoperasional (usia 2–7 tahun)
- Periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun)
- Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)
B ) Tipe
gaya dan perilaku pemimpin
Pemimpin
seyogyanya memiliki sifat kepemimpinan dalam memiliki wewenang sehingga ia
berhak melaksanakan kepemimpinannya. Dalam melakukan praktik kepemimpinan,
sesungguhnya pemimpin melakukan penerapan teori kepemimpinan dan juga
menerapkan seni kepemimpinan agar ia berhasil memimpin. Keberhasilan memimpin
itu merupakan bentuk pertanggungjawaban perilaku kepemimpinannya.
Seseorang yang memiliki keistimewaan sifat kepemimpinan, baik itu sifat fisik maupun rohaniah, juga telah memiliki kuasa dan wewenang, bahkan penuh bertanggung jawab, namun belum menjamin kepemimpinannya mencapai keberhasilan. Mengapa itu terjadi ? Masalah itulah yang akan dijawab dalam uraian-uraian berikut ini. Ikutilah uraian itu sehingga pembaca akan menemukan jawaban atas pertanyaan itu.
Ketidakberhasilan itu antara lain karena kelebihan keistimewaan sifat bodang kepemimpinan, kekuasaan, wewenang dan tanggungjawab seorang pemimpin harus dibuktikan dalam berperilaku membimbing anak buah. Memimpin anak buah berlangsung di lingkungan kegiatan kepemimpinan, baik perilaku memimpin anak buah itu bersifat formal maupun nonformal. Perilaku kepemimpinan itu menjadi salah satu sarana tolok ukur jaminan keberhasilan pemimpin. Sekalipun perilaku itu sendiri masih perlu ditopang dengan tolok ukur lainnya sebagai pelengkap karena sulit mengukurnya.
Atas dasar itu maka masalah ini akan memfokuskan pada penjelasan tentang perilaku pemimpin, gaya kepemimpinan dan tipe kepemimpinan. Ketiga topik bahasan itu akan diuraikan berikut.
Perilaku Pemimpin
Perilaku seorang pemimpin ketika memimpin anak buah akan memperoleh tanggapan atau reaksi dapat berupa sikap atau perilaku bawahan. Reaksi perilaku itu tidak saja gerakan badan, tetapi termasuk ucapan, sepak terjang sebagai reaksi pengikut terhadap kepemimpinan seorang pemimpin. Tanggapan itu dapat bersifat terang-terangan atau tersembunyi dengan berbagai bentuk.
Seseorang yang memiliki keistimewaan sifat kepemimpinan, baik itu sifat fisik maupun rohaniah, juga telah memiliki kuasa dan wewenang, bahkan penuh bertanggung jawab, namun belum menjamin kepemimpinannya mencapai keberhasilan. Mengapa itu terjadi ? Masalah itulah yang akan dijawab dalam uraian-uraian berikut ini. Ikutilah uraian itu sehingga pembaca akan menemukan jawaban atas pertanyaan itu.
Ketidakberhasilan itu antara lain karena kelebihan keistimewaan sifat bodang kepemimpinan, kekuasaan, wewenang dan tanggungjawab seorang pemimpin harus dibuktikan dalam berperilaku membimbing anak buah. Memimpin anak buah berlangsung di lingkungan kegiatan kepemimpinan, baik perilaku memimpin anak buah itu bersifat formal maupun nonformal. Perilaku kepemimpinan itu menjadi salah satu sarana tolok ukur jaminan keberhasilan pemimpin. Sekalipun perilaku itu sendiri masih perlu ditopang dengan tolok ukur lainnya sebagai pelengkap karena sulit mengukurnya.
Atas dasar itu maka masalah ini akan memfokuskan pada penjelasan tentang perilaku pemimpin, gaya kepemimpinan dan tipe kepemimpinan. Ketiga topik bahasan itu akan diuraikan berikut.
Perilaku Pemimpin
Perilaku seorang pemimpin ketika memimpin anak buah akan memperoleh tanggapan atau reaksi dapat berupa sikap atau perilaku bawahan. Reaksi perilaku itu tidak saja gerakan badan, tetapi termasuk ucapan, sepak terjang sebagai reaksi pengikut terhadap kepemimpinan seorang pemimpin. Tanggapan itu dapat bersifat terang-terangan atau tersembunyi dengan berbagai bentuk.
C ) Tokoh pemimpin yang berhasil
Pada masa awal pemerintahannya, Salomo memperoleh
anugerah hikmat kebijaksanaan dari Tuhan (1 Raj. 3:11-13). Dengan anugerah
tersebut ia menjalankan roda pemerintahan, sehingga masa pemerintahannya
menjadi masa puncak kejayaan monarki Israel. Hal yang menarik, meski memiliki
kebijaksanaan yang sedemikian besar, Salomo tidak takabur atau lupa daratan. Ia
tetap menyadari bahwa bagaimana pun dirinya tetaplah manusia biasa yang
memiliki keterbatasan. Maka dari itu, ia kemudian mengangkat dua belas orang
pilihan untuk menjadi kepala daerah yang menolongnya mengelola keseluruhan
kerajaan Israel. Hasilnya, kemakmuran benar-benar dirasakan seluruh Israel.
“Orang Yehuda dan orang Israel jumlahnya seperti pasir di tepi laut. Mereka
makan dan minum serta bersukaria” (1 Raj. 4:20).
Bagi banyak orang, seorang
pemimpin selalu diidentikkan dengan sosok pribadi unggul. Misalnya unggul dalam
hal intelektual, pengalaman, kemampuan pribadi, kekuasaan, dan lain sebagainya.
Di satu sisi pandangan seperti ini memberi efek positif yang membuat seseorang
memiliki kebanggaan atas keberadaan dirinya. Namun bila tidak dikendalikan,
perasaan banggga tersebut dapat membuatnya sombong karena menempatkan diri
sebagai pribadi yang paling berkompeten dibanding orang lain dalam segala.
Lebih pandai, lebih benar, lebih tahu, dan selalu lebih dalam segala hal
sehingga mengabaikan keberadaan orang lain.
Melalui keputusannya mengangkat
dua belas kepala daerah, Salomo dalam kebijaksanaannya ingin menyatakan bahwa
seorang pemimpin selalu memerlukan orang lain agar mampu menyelesaikan tugasnya
dengan baik. Dengan kata lain, tidak ada pemimpin yang dapat berhasil seorang
diri. Maka dari itu, seorang pemimpin haruslah seorang yang tidak hanya
memiliki keunggulan kualitas individu, tetapi juga kesadaran bahwa
dirinya–tentunya tanpa mengesampingkan campur tangan Tuhan–juga selalu
memerlukan orang lain untuk menolongnya.
Pagi hari ini, bila saat ini kita
dipercaya untuk menjadi pemimpin, kiranya apa yang dilakukan Salomo dapat
menjadi pembelajaran yang berharga bagi kita agar menjadi pemimpin yang baik.
Sumber: Renungan Pagi, September 2011
Author: Mohammad
Mohammad is the founder of STC Network which offers Web Services and Online Business Solutions to clients around the globe. Read More →
Related Posts:
Teori Organisasi Umum
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar: